Takut Yang Membentur Kata-Kata Hingga Membatu
Waktu yang mendentam resah
Raga yang berselimut peluh, memacu kecewa menuju tawa
Menyingkir takut mencipta ambisi
Kenapa tidak kita adu saja kedua kepala hingga terburai segala tanya?
Kita yang saling berpandang sembari menelusur jawab
Kita yang berhadapan sembari lunglai
Kita yang menunggu sembari bersiap hingga tiba sangsakala
Urat-urat mata telah mengalir darah,
ketika hitam memberi silau hingga matahari terasa gelap pekat
Ketika dingin ternyata lebih nyaman dibanding hangat yang terasa mengancam
Duri-duri batas telah berdiri sombong,
menghalang mimpi yang belum mengenal kata henti
Biarkanlah sukma terus menari,
menelusur diri yang masih berdiri antara mimpi dan takdir mati
Depok, 28 Agustus 2012
No comments: