Kebanyakan orang sudah salah sejak awal
Beberapa waktu belakangan ini mungkin kita sering megerutkan dahi dan geram sendiri saat melihat para Ibu yang tiba-tiba stress, depresi, dan mulai bertingkah yang aneh-aneh terhadap anaknya. Mereka mengorbankan anak mereka agar mau bunuh diri bersama-sama. Mulai dari memasukkan racun ke dalam minuman atau berdiri di tengah jalan raya bersama-sama dan menuggu kendaraan yang akan menabrak mereka.
Semua itu tidak lain karena masalah ekonomi, uang lagi yang berbicara dalam kasus ini. Para orang tua ini ingin menolong anak mereka agar tidak mendapat masa depan yang buruk karena memiliki orang tua yang tidak bisa membiayai masa depan yang cerah untuk anak-anaknya.
Semua orang yang mendengar hal ini pasti berpendapat kalau hal ini sangat kejam. Hanya orang tua yang tidak punya hati yang bisa berbuat kejam dan mungkin bisa dibilang biadab. Ya.. Pasti saya juga berpendapat hal yang sama.
Tapi saya rasa semuanya memang sudah salah dari awal. Kalau memang dibilang ini salah orang tua mereka, ya... saya setuju. Bahkan saya sudah berpikir ini sudah salah sejak awal pernikahan orang tua anak-anak tersebut (Saya sebut anak-anak karena hampir semua kasus ini, para orang tua ini memiliki anak lebih dari 1).
Anak-anak memang bisa dibilang anugerah, gift, blessing. Tapi, kalau orang tua sudah merasa terbebani dengan anak-anak mereka, apakah anak-anak masih bisa disebut seperti itu?
Memiliki anak pasti bukan hanya dilihat bagaimana saat dia lahir atau menjadi bayi. Memiliki anak adalah sebuah keputusan besar. Kita akan mengasuh mereka sampai mereka dewasa dan bisa mengurus diri mereka sendiri. Tapi, proses hingga dia bisa mengurus itu semua adalah tahap yang panjang. Banyak hal yang harus dikorbankan, mulai dari waktu, uang, dan diri kita sendiri.
Mungkin kalau memang dari awal para orang tua memiliki finansial yang cukup, ya.. silakan saja kalau mereka memang ingin punya banyak, tapi kalau finansial tidak memadai? Ya.. pikir-pikir lah dulu sebelum ingin punya anak banyak...
Pakailah rasio...
Child is blessing, but when they make you sad, child's not blessing anymore.
Semua itu tidak lain karena masalah ekonomi, uang lagi yang berbicara dalam kasus ini. Para orang tua ini ingin menolong anak mereka agar tidak mendapat masa depan yang buruk karena memiliki orang tua yang tidak bisa membiayai masa depan yang cerah untuk anak-anaknya.
Semua orang yang mendengar hal ini pasti berpendapat kalau hal ini sangat kejam. Hanya orang tua yang tidak punya hati yang bisa berbuat kejam dan mungkin bisa dibilang biadab. Ya.. Pasti saya juga berpendapat hal yang sama.
Tapi saya rasa semuanya memang sudah salah dari awal. Kalau memang dibilang ini salah orang tua mereka, ya... saya setuju. Bahkan saya sudah berpikir ini sudah salah sejak awal pernikahan orang tua anak-anak tersebut (Saya sebut anak-anak karena hampir semua kasus ini, para orang tua ini memiliki anak lebih dari 1).
Anak-anak memang bisa dibilang anugerah, gift, blessing. Tapi, kalau orang tua sudah merasa terbebani dengan anak-anak mereka, apakah anak-anak masih bisa disebut seperti itu?
Memiliki anak pasti bukan hanya dilihat bagaimana saat dia lahir atau menjadi bayi. Memiliki anak adalah sebuah keputusan besar. Kita akan mengasuh mereka sampai mereka dewasa dan bisa mengurus diri mereka sendiri. Tapi, proses hingga dia bisa mengurus itu semua adalah tahap yang panjang. Banyak hal yang harus dikorbankan, mulai dari waktu, uang, dan diri kita sendiri.
Mungkin kalau memang dari awal para orang tua memiliki finansial yang cukup, ya.. silakan saja kalau mereka memang ingin punya banyak, tapi kalau finansial tidak memadai? Ya.. pikir-pikir lah dulu sebelum ingin punya anak banyak...
Pakailah rasio...
Child is blessing, but when they make you sad, child's not blessing anymore.
No comments: